Mendadak Macho mengisahkan “ Tiga Banci Pinggir Jalan “ yang kerjanya ngamen dari warung satu ke warung yang lain, dari trotoar satu ke trotoar yang lain dengan dandanan yang super menor dan baju yang super hotz. Dengan suara pas-pasan yang dimiliki Tarjo alias Juwita, Effendi alias Fanda dan Ismail alias Mila. Mereka mengais rezeki setiap malamnya guna menghidupi dirinya sendiri dan untuk membayar sewa rumah petakan yang disewa mereka bertiga itu.
Malam itu, Juwita, Fanda
dan Mila suda siap untuk mencari rezeki seperti malam-malam sebelumnya, tapi
pada malam itu menjadi malam yang paling sial dan na’as bagi mereka bertiga,
karena malam itu mereka terkena razia oleh pihak kepolisian karena keberadaan
mereka dianggap sudah mengganggu ketertiban umum. Dengan sekuat tenaga yang
dimiliki naluri kelaki-lakiannya mereka bertiga berjuang untuk tidak tertangkap
tangan pada malam itu, tapi nasib berkata lain, ketiga mahluk antik itu
akhirnya satu persatu bisa ditangkap dan langsung di intograsi pihak kepolisian
dikantor polisi setempat.
Sampai di kantor polisi
mereka di intograsi satu persatu. Suasana kantor polisi yang tadinya hening
seperti kuburan, tiba-tiba berubah menjadi ramai, heboh, penuh kelucuan dan
kegaduhan dengan ditangkapnya Juwita, Fanda dan Mila itu. Apalagi pihak
kepolisian setelah mengetahui bahwa yang bernama Juwita di KTP bernama Jarwo,
Fanda bernama Effendi dan Mila bernama asli Ismail dengan jenis kelamin
tentunya seorang laki-laki. Dengan menahan geli dan tawa, akhirnya intograsi
satu persatu mahluk antik itu berjalan dengan mulus dan lancar semulus kaki
ketiga banci itu yang memang selalu dikerok bulu kakinya sebelum menggunakan
stocking yang sudah usang dan bolong pula, yang pada akhirnya pada malam itu
juga Juwita alias Jarwo, Fanda alias Effendi dan Mila alias Ismail langsung
dibawa kerumah Dinas Sosial untuk dijadikan dan di bina menjadi warga binaan
yang sesuai dengan kodrat mereka.
Dirumah binaan atau
dirumah dinas sosial ketiga sahabat itu menjalankan hari-harinya diluar
kebiasaannya, yang tadinya mereka terbiasa dengan dandanan yang super menor
cetar membahana, kini mereka harus meninggalkan yang namanya perangkat make up
murahan dan bulu mata ala bulu angsa yang kerap dipakai kalau mereka sedang ‘
live show ‘ dipinggir-pinggir jalan atau trotoar, ditambah lagi dirumah binaan
mereka harus menjalankan kewajiban sholat lima waktu, dan yang bikin semua
heboh dan kacau perangkat sholat mana yang mereka akan gunakan? Apakah kopiah
dengan sarung-sarung yang sudah lusuh, atau dengan seperangkat mukena yang cuma
ada satu-satunya di setiap rumah binaan, sedangkan rambut-rambut mereka masih
penuh warna seperti burung sawah-sawahan yang dicat oleh pedagangnya dengan
menggunakan pewarna makanan, dikala kena hujan atau air maka warna-warna cantik
tersebut akan hilang dan luntur tanpa berbekas.
Pagi itu, Jarwo, Effendi
dan Ismail dikejutkan dengan warga binaan baru yang satu rumah dengan mereka
bernama “ Nengsih “. Nengsih terjaring razia kepolisian pada saat sedang
menjajakan dan menawarkan tubuh indahnya yang sexy dan wajahnya yang cantik
kepada laki-laki berhidung belang dikawasan yang penuh dengan praktek semacam
itu.
Nengsih yang berwajah
cantik dan sensual serta sexy tersebut diputuskan oleh pacar laki-lakinya
bernama “ Bang Salman “ yang mempunyai body macho ala anak gym, karena bang
Salman selalu menjaga kebugaran dan otot-otot ragawinya ditempat-tempat gym
murahan yang untuk membayar iuran tiap bulannya dari uang hasil kerja Nengsih.
Bang Salman memutuskan cinta Nengsih yang sudah banyak berkorban untuk dirinya,
setelah Nengsih tertangkap tangan alias kena razia kepolisian. Nengsih menjadi
korban cinta gombal bang Salman yang di ceritakannya kepada Jarwo alias Juwita,
Effendi alias Fanda dan Ismail alias Mila dengan penuh keharuan dan cucuran air
mata dirumah binaan tersebut. Tapi cinta Nengsih kepada bang Salman susah
sekali untuk “ Move on “.....
Mendengar kisah pilu yang
mengharu biru dari Nengsih, maka Jarwo alias Juwita, Effendi alias Fanda dan
Ismail alias Mila berusaha dan bersikeras untuk menolong Nengsih supaya bisa
move on dari bang Salman. Maka ketiga mahluk ajaib itu berusaha untuk membentuk
body mereka menjadi macho dan jantan dengan alat-alat seadanya dirumah binaan
itu walau yang namanya alis dan bulu mata tak pernah lepas dari identitas di
tubuh mereka. Pokoknya mereka “ Mendadak Macho “ guna menyenangkan dan bisa
mengambil hati Nengsih yang sangat sulit move on dari yang namanya Bang Salman.
Tiga bulan berlalu, masa
binaan Jarwo, Effendi dan Ismail telah usai, mereka sudah meninggalkan rumah
binaan dan ‘Nengsih’ yang penuh dengan kenangan dan sejuta kegaduhan itu.
Dengan tubuh yang sekarang ideal, macho dan berotot itu, Jarwo, Effendi dan
Ismail berencana untuk membuat kejutan dengan mengunjungi Nengsih yang masih
betah dirumah dinas sosial itu.
Tetapi apa yang terjadi
di pagi rumah dinas sosial itu, ternyata Nengsih lupa belum mencukur bulu
kakinya yang sudah lebat dan berbulu itu yang tersingkap oleh angin yang
mendesir oleh terpaan kipas angin saat berbicara dan berbincang dengan Jarwo,
Effendi dan Ismail itu. Dan di pagi yang penuh tawa dan canda itu, terungkap
jelas siapa jatidiri Nengsih itu sebenarnya. “ Nengsih “ adalah “ Nanang “ yang
sempurna sebagai banci cantik dan sexy karena sudah beberapa kali bongkar
pasang dan turun mesin untuk kesempurnaan tubuhnya pada saat sedang ada uang
dari hasil kerjanya itu, makanya Nengsih ditempatkan sama dalam satu rumah binaan pada saat itu.
Akhirnya mereka berempat
berkumpul kembali dalam balutan suasana yang bikin kita semua tertawa dan
terhibur dengan jati diri mereka masing-masing dan tidak ada lagi kebohongan
dalam menjalankan kerasnya dan beratnya kehidupan di muka bumi ini seperti
keras dan beratnya alat-alat gym yang dipakai oleh Bang Salman untuk mencari
korban-korban berikutnya. Hmm.....
Ubai Rai.
Genre : Drama, Comedy
Players: -Jarwo (Juwita)
-Effendi (Fanda)
-Ismail (Mila)
-Nengsih (Nanang)
-Bang Salman
-and others.
0 komentar